Nama Turinih mungkin asing bagi telinga Anda.
Namun menyebut nama Ninih si penjual getuk berwajah manis pasti sebagian besar netizen mengetahuinya.
Dalam beberapa pekan terakhir Ninih memang menjadi buah bibir masyarakat karena kecantikan wajahnya.
Nama asli Ninih si penjual gethuk yang cantik ini adalah Turinih.
Gadis muda belia kelahiran 26 Mei 1996 ini berasal dari desa Parean, kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat.
Namun menyebut nama Ninih si penjual getuk berwajah manis pasti sebagian besar netizen mengetahuinya.
Dalam beberapa pekan terakhir Ninih memang menjadi buah bibir masyarakat karena kecantikan wajahnya.
Nama asli Ninih si penjual gethuk yang cantik ini adalah Turinih.
Gadis muda belia kelahiran 26 Mei 1996 ini berasal dari desa Parean, kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat.
Kisah inspiratif memang dapat membuat kita semangat, dengan mengetahui bahwa ada yang taraf kehidupannya di bawah kita, membuat kita dapat lebih memanjatkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan bekerja, beristiqamah dengan giat lagi.
Simak kisah Ninih, gadis berparas ayu asal Indramayu ini yukkk…!!!
Simak kisah Ninih, gadis berparas ayu asal Indramayu ini yukkk…!!!
Ninih namanya, parasnya konon lebih ayu dari Nanik (sila liat foto lads).
Gadis tukang tambal ban yang sudah ‘nampang’ di acara hitam putih.
Ninih berucap bahwa cita-citanya adalah menjadi dokter, namun akibat keterbatasan ekonomi maka menyambung hidup dan menopang ekonomi keluarga adalah pilihan gadis lulusan Sekolah Dasar ini.
Gadis tukang tambal ban yang sudah ‘nampang’ di acara hitam putih.
Ninih berucap bahwa cita-citanya adalah menjadi dokter, namun akibat keterbatasan ekonomi maka menyambung hidup dan menopang ekonomi keluarga adalah pilihan gadis lulusan Sekolah Dasar ini.
Gadis berkulit coklat ini melalui penuturannya, ingin segera menjadi TKI di Taiwan.
Asalkan halal Nih, Salut pada keputusanmu di saat gadis-gadis lain sebelia usiamu memilih jalan lain dengan alasan untuk menopang ekonomi keluarga.
Semoga Allah SWT selalu bersamamu.
Asalkan halal Nih, Salut pada keputusanmu di saat gadis-gadis lain sebelia usiamu memilih jalan lain dengan alasan untuk menopang ekonomi keluarga.
Semoga Allah SWT selalu bersamamu.
Hari baru lewat tengah malam.
Warga Ibukota sudah lelap di peraduan.
Namun, di sudut permukiman padat Pejompongan, Jakarta Pusat.
Ssekelompok perempuan muda baru memulai kehidupan.
Mereka dengan tangkas mengupas singkong.
Juga merajang aneka sayuran.
Mengolahnya menjadi getuk dan pecel, enu dari desa.
Warga Ibukota sudah lelap di peraduan.
Namun, di sudut permukiman padat Pejompongan, Jakarta Pusat.
Ssekelompok perempuan muda baru memulai kehidupan.
Mereka dengan tangkas mengupas singkong.
Juga merajang aneka sayuran.
Mengolahnya menjadi getuk dan pecel, enu dari desa.
Satu di antara para perempuan itu adalah Ninih.
Gadis belia asal Indramayu, yang tengah ramai dibincangkan di sosial media.
Gadis cantik penjual getuk di Jantung Ibu Kota.
Gadis belia asal Indramayu, yang tengah ramai dibincangkan di sosial media.
Gadis cantik penjual getuk di Jantung Ibu Kota.
Bersama sang kakak, Lina, gadis berusia 18 tahun itu juga turut mempersiapkan menu dagangan itu.
Ninih dan kawan-kawannya beranjak dari kontrakan sempit itu kala hari masih remang-remang tanah.
Dia harus sampai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, sebelum matahari merekah.
Sebuah keranjang dijinjing di pinggang.
Berisi penuh dagangan yang telah disiapkan sejak tengah malam itu.
Ninih dan kawan-kawannya beranjak dari kontrakan sempit itu kala hari masih remang-remang tanah.
Dia harus sampai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, sebelum matahari merekah.
Sebuah keranjang dijinjing di pinggang.
Berisi penuh dagangan yang telah disiapkan sejak tengah malam itu.
Ninih dan rombongannya yang sama-sama datang dari Indramayu, Jawa Barat itu menggelar jajanannya di atas sebuah halte bus Transjakarta di Jalan HR Rasuna Said.
Di atas jembatan penyeberangan orang itulah mereka membuka `booth`.
Menunggu pelanggan yang kebanyakan merupakan pegawai di kawasan perkantoran itu.
Di atas jembatan penyeberangan orang itulah mereka membuka `booth`.
Menunggu pelanggan yang kebanyakan merupakan pegawai di kawasan perkantoran itu.
Sebelum matahari di atas ubun-ubun, dagangan Ninih biasanya sudah ludes terjual.
Bahkan terkadang dia sudah melenggang pulang sebelum pukul 09.00 WIB pagi.
Maklum, orang yang lalu-lalang di kawasan Kuningan itu adalah orang-orang sibuk.
Mereka tak sempat sarapan, apalagi memersiapkan bekal, Makanan yang dijajakan Ninih dan kawan-kawannya inilah yang menjadi harapan mereka untuk mengganjal perut.
Bahkan terkadang dia sudah melenggang pulang sebelum pukul 09.00 WIB pagi.
Maklum, orang yang lalu-lalang di kawasan Kuningan itu adalah orang-orang sibuk.
Mereka tak sempat sarapan, apalagi memersiapkan bekal, Makanan yang dijajakan Ninih dan kawan-kawannya inilah yang menjadi harapan mereka untuk mengganjal perut.
Jika hari libur, Ninih tak berdagang di kawasan perkantoran ini.
Dia berpindah lapak. Biasanya berjualan di kawasan Monas, tempat manusia menyemut di hari bebas kerja.
Hari Sabtu dan Minggu, Ninih biasa berada di kawasan tugu berpuncak emas itu.
Dia berpindah lapak. Biasanya berjualan di kawasan Monas, tempat manusia menyemut di hari bebas kerja.
Hari Sabtu dan Minggu, Ninih biasa berada di kawasan tugu berpuncak emas itu.
Meski berparas ayu, Ninih tak malu berdagang di jalanan.
Dia tak peduli kulitnya akan menjadi kusam karena sengatan matahari.
Dia juga tak risih kala tubuh dibanjiri peluh.
Yang penting, pundi-pundi uang terus terisi.
Masih ada uang untuk makan dan berkulakan bahan jajanan.
Syukur-syukur jika ada sisa untuk ditabung.
Untuk membantu ekonomi keluarga di kampung.
Dia tak peduli kulitnya akan menjadi kusam karena sengatan matahari.
Dia juga tak risih kala tubuh dibanjiri peluh.
Yang penting, pundi-pundi uang terus terisi.
Masih ada uang untuk makan dan berkulakan bahan jajanan.
Syukur-syukur jika ada sisa untuk ditabung.
Untuk membantu ekonomi keluarga di kampung.
Sebelum mengadu nasib ke Jakarta, anak ke tiga dari empat bersaudara ini pernah menjadi pelayan warung Tegal di daerah Bekasi.
Meski demikian, berjualan getuk bukanlah cita-cita gadis lulusan sekolah dasar ini.
Ninih merasa masih perlu meningkatkan pendapatan untuk menopang perekonomian keluarga.
Sehingga berniat menjadi tenaga kerja Indonesia ke Taiwan.
Dan sebuah pabrik plastik di sana telah siap menampungnya.
Ninih merasa masih perlu meningkatkan pendapatan untuk menopang perekonomian keluarga.
Sehingga berniat menjadi tenaga kerja Indonesia ke Taiwan.
Dan sebuah pabrik plastik di sana telah siap menampungnya.
Kini Ninih terus berusaha mewujudkan impiannya dengan berjualan gethuk.
Dengan paras ayu kecantikannya serta keuletan dalam bekerja.
Bukan tidak mungkin justru impian Ninih si penjual gethuk yang cantik ini bisa jadi kenyataan.
Dengan paras ayu kecantikannya serta keuletan dalam bekerja.
Bukan tidak mungkin justru impian Ninih si penjual gethuk yang cantik ini bisa jadi kenyataan.
Semoga cita-citamu berhasil nok Ninih...!!!!!